Sabtu, 14 Desember 2013

Demi Ibu

Nama ku Esfa, aku berumur 15tahun. Sekarang aku kelas 1 SMK. Aku terdiri dari 3 bersaudara. Aku anak tengah,hehe. Ya, nama lainnya anak kedualah. Aku mempunyai kakak perempuan yang cantik, nama nya Elvina. Kak Elvina sekarang tidak lagi tinggal bersama aku, mama, ayah, dan adikku. Karena kak Elvina sudah menikah dan mempunyai kehidupan baru. Ohiya, aku hampir lupa. Aku juga mempunyai adik bernama Ermil. Sekarang, dia kelas 6 SD.

Kehidupanku sederhana dan bahagia. Bahagia? Tunggu! Bahagia yang mana?Tidak, tidak, tidak!!! Kehidupanku  tidak bahagia. Memang aku pernah merasakan bahagia itu bersama keluarga ku. Tapi itu "dulu". Kenapa? Karena semua nya sudah berubah. Semakin aku dewasa, semakin aku mengerti kehidupan yang sebenarnya.

Aku tidak tahu, kapan ibu dan ayah mulai bertengkar(?) Dan aku juga tidak tahu, mereka bertengkar karena apa, soal apa, dan kenapa(?) Yang jelas, mereka melakukan pertengkaran itu setiap malam. Menunggu aku dan Ermil tertidur. Tapi, pada nyata nya aku tidak bisa tidur, karena aku merasa terganggu dengan pertengkaran Ibu dan Ayah. Ingin rasanya aku keluar kamar dan berkata pada mereka "Cukup! Apa kalian tidak capek bertengkar terus?"

Pernah terbesit dipikiranku, untuk kabur dari rumah. Pergi meninggalkan rumah. Karena aku sudah cukup lelah dan capek melihat ibu dan ayah terus bertengkar. Kini mereka terang-terangan bertengkar dihadapanku, bahkan dihadapab Ermil sekali pun. Entah kenapa pertengkaran ibu dan ayah tidak beradu mulut saja,  kini ayah sudah berani main fisik sama ibu. Sangat keterlaluan, aku benar-benar sudah tidak tahan, ingin pergi meninggalkan rumah ini. Tapi, aku sadar, aku harus bertahan untuk ibu. Aku harus mampu melewati ini semua.

Suatu ketika ibu dan ayah bertengkar hebat. Aku dan Ermil melihat semuanya. Ermil hanya menangis dan ia memohon padaku untuk membantu ibu. Tapi aku hanya dia. Aku hanya memperhatikan, memperhatikan, dan..... aku langsung berlari, berdiri tepat didepan ayah yang akan menampar ibu. Aku melindungi ibu, sehingga aku lah yang tamparan ayah. Sakit, sangat sakit rasanya. Aku menangis dan ayah hanya diam karena shock atas apa yang telah ia lakukan.

Aku langsung masuk kamar dan mengunci pintu kamar. Aku menangis sejadi-jadinya dikamar. Dan aku mengeluarkan handphone serta headset dari dalam tas ku. Aku memutas lagu I Will Survie.


Bondan Prakoso-I Will Survive


Hari ini aku disini

Berjuang untuk Bertahan

Padamkan luka dan beban yang ada

Yang telah membakar seluruh jiwa

Ku coba resapi, ku coba selami segala yang tlah terjadi
Ku ambil hikmahnya, rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi


 I will survive, i will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini

Hari ini kan ku pastikan, aku masih ada disini
Mencoba lepaskan, coba bebaskan, segala rasa perih dihati
Ku coba resapi, ku coba hayati, segala yang tlah terjadi
Ku ambil hikmahnya, rasakan nikmatnya
Dan ku coba untuk hadapi



 I will survive, i will revive
I won't surrender and stay alive
Kau berikan kekuatan
Untuk lewati semua ini
Engkau slalu ada disaat jiwaku rapuh,dikala ku jatuh
And i want you to know there's always fine to alive

I won't give up, i won't giving
I stay alive for you for you
 I will survive, i will revive
I won't surrender and stay alive

I will survive, i will revive
Getting stronger stay alive
Kau berikan aku kekuatan untuk lewati semua ini

I will survive, i will revive
Getting bigger, bigger than live
Kau yang Esa, yang perkasa
Give me wisdom to survive 

Lagu itu yang membuat aku tetap bertahan didalam rumah ini. Tetap bertahan didalam rumah ini. Bertahan untuk keluarga ini, lebih tepatnya sih aku bertahan untuk ibu. Karena aku sayang ibu. Tanpa Sadar aku memejamkan mataku, berharap kejadian tadi hanya sebuah mimpi buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar